Situ Gintung di Desa Cirendeu, Ciputat, Tangerang, Selatan dikenal warga ibu kota sebagai salah satu lokasi favorit untuk wisata, outbound, dan pesta dengan nama Pulau Situ Gintung. Setiap hari libur, lokasi tersebut selalu dipadati warga Jakarta yang ingin melepas penat.
Perjalanan ke Situ Gintung hanya butuh waktu sekitar setengah jam dari pusat Kota Jakarta. Bahkan, dari Pondok Indah hanya butuh waktu 10 menit. Mudahnya akses ke Situ Gintung itu membuat kawasan wisata air tersebut banyak dipilih kantor-kantor untuk mengadakan gathering. Selain itu, area di pinggir situ bisa digunakan untuk berolahraga seperti renang dan tenis.
Pemandangan yang tidak kalah dari kawasan Puncak, Bogor, Jawa Barat, membuat beberapa rumah produksi juga sering menggunakan kawasan tersebut untuk syuting klip video, iklan, maupun sinetron. Karena itu, tidak heran pengunjung yang berwisata ke tempat tersebut sering bertemu artis-artis.
Biaya masuk ke Pulau Situ Gintung pun relatif murah. Orang dewasa hanya dikenai Rp 4 ribu sekali masuk. Untuk anak-anak lebih murah, yakni Rp 2 ribu. Sebagai tempat camping, Situ Gintung juga tidak mahal, tinggal membayar Rp 7.500 pengunjung bisa menikmati malam di kawasan romantis itu. Penginapan juga tersedia dengan harga terjangkau, Rp 150 ribu per malam.
Sementara Situ Gintung sendiri memiliki sejarah panjang. Sebelum berubah menjadi kawasan wisata air, Situ Gintung merupakan saluran irigasi yang dibangun pada zaman Belanda. Menurut Kepala Balai Besar Sungai Ciliwung-Cisadane Pitoyo Subandrio, usia bendungan Situ Gintung sudah mencapai 76 tahun karena dibangun pada 1933.
Dia mengungkapkan, selama ini banyak orang yang salah persepsi mengira Situ Gintung adalah danau. Padahal, Situ Gintung adalah bendungan kecil. Bendungan tersebut dibangun sejak zaman Belanda. ”Tapi, itu bendungan kecil. Dibuat oleh Belanda pada 1932 dan selesai 1933. Sekarang usianya sudah lebih dari 76 tahun,” jelasnya setelah rapat terbatas dengan Wakil Presiden Jusuf Kalla.
Dia menuturkan, dulu Situ Gintung merupakan bendungan homogen dengan satu macam jenis tanah atau bendungan urukan homogen. Kemudian, lanjut dia, ada celah yang disebut pelimpah (spillway) yang lebarnya lima meter.
Bendungan itu juga memiliki pintu air kecil untuk irigasi. ”Pintunya kecil. Sekarang sudah tidak ada irigasinya karena sudah jadi rumah,” tegasnya.
Seiring berjalannya waktu, irigasi tersebut beralih fungsi menjadi waduk konservasi wisata. Pengalihan fungsi itu, kata Direktur Sungai dan Waduk Departemen Pekerjaan Umum Widagdo, membuat pintu pengambilan air akhirnya tidak difungsikan lagi. Namun, saluran pelimpahan air tetap dibuka. ”Jadi, sebelum peristiwa itu terjadi, fungsi Situ Gintung sudah menjadi waduk konservasi untuk wisata,” jelasnya.
Situ Gintung seluas 21 hektare dengan kedalaman rata-rata sekitar 4 meter dan mampu menampung air sekitar 1 juta meter kubik. Meski bersebelahan dengan wilayah Jakarta Selatan, sebagai kawasan wisata, Situ Gintung dikelola Dinas Pariwisata Provinsi Banten. Semula, luas Situ Gintung mencapai 28 hektare. Namun, karena terjadi penyempitan, akhirnya luas danau kini tinggal 21 hektare. (berbagai sumber)