AKSI memalukan suporter
PS TNI saat menghadapi Persegres Gresik United di ajang Indonesian
Soccer Championship (ISC) di Gresik, Minggu (22/5) lalu, menambah citra
buruk sepakbola Indonesia yang baru saja lepas dari pembekuan Federasi
Sepakbola Internasional (FIFA).
Gara-gara aksi suporter klub yang baru
saja menjelma sebagai klub profesional itu, berbagai cibiran dari para
suporter lain maupun para netizen pun berdatangan. Tak ayal situasi itu
memaksa klub ini harus memberikan penjelasan kepada masyarakat mengenai
sebab musabab insiden yang mencederai sejumlah penonton dan suporter
lawan itu.
“Kami mewakili suporter PS TNI mohon
maaf yang sebesar-besarnya kepada suporter Persegres, atas insiden
kemarin. Tindakan kami selaku perwakilan manajemen klub adalah
memberikan edukasi kepada suporter PS TNI agar tidak terjadi hal yang
sama di kemudian hari,” berdasarkan rilis yang ditulis oleh Media
Officer PS TNI, Ump Djoko Purwoko, SE.
Lepas dari kejadian yang memalukan di
Gresik tersebut, kehadiran PS TNI di kancah klub sepakbola profesional
memunculkan aroma politis yang cukup kental. Pasalnya, klub ini muncul
di tengah sanksi pembekuan yang sedang diterima Indonesia (baca: PSSI)
dari FIFA. PS TNI hadir di saat sepakbola Indonesia vakum dan tak ada
kompetisi. Melalui Turnamen Piala Sudirman, November 2015, klub ini
mulai berkiprah.
Tak heran jika masyarakat banyak yang
bertanya-tanya sosok klub yang para pemainnya justru bukan seluruhnya
dari unsur militer. Apalagi klub ini lahir setelah membeli saham
Persiram Raja Ampat, yang notabene merupakan klub perserikatan.
Berubahnya nama klub perserikatan tanpa menyertakan kembali nama daerah
di mana klub itu berasal pernah dialami Persijatim Jakarta Timur yang
dibeli Sriwijaya FC Palembang tahun 2004. Awalnya saat pindah ke
Palembang, Sumatera Selatan, klub ini bernama Persijatim Sriwajaya FC.
Tapi tak berapa lama kemudian nama Persijatim pun lepas dan tinggalah
Sriwijaya FC.
Sebelumnya PS TNI digadang-gadang
sebagai representatif dari PSMS Medan karena mayoritas pemainnya berasal
dari klub kebanggaan kota Medan. Namun, keinginan publik Medan tak
menjadi kenyataan setelah PT Arka Gega Magna (AGM) yang mensponsori PS
TNI di sejumlah turnamen mengakuisisi kepemilikan Persiram senilai Rp17
miliar.
Kini, pasca pembekuan, PSSI telah aktif
kembali menata organisasinya. Walaupun situasi masih agak panas, terkait
dengan tuntutan Kongres Luar Biasa (KLB) dari sekitar 85 pemilik suara,
PSSI diharapkan tetap bisa menyelesaikan permasalahannya, termasuk
menata kembali regulasi tentang akuisisi klub perserikatan oleh pihak
lain. (KS)
0 Response to "PSSI Harus Perhatikan Lagi Soal Akuisisi Klub Perserikatan"
Posting Komentar